Hati Menangis dan Bibir Tersenyum

Jika ada yang mengatakan bahwa “ hati wanita sangat sulit diselami” rasanya itu benar seratus persen.  Terkadang karena suatu sebab dan  lain hal, seorang wanita terpaksa menyembunyikan keadaan /suasana hatinya di depan umum. “hati menangis, tapi bibir tersenyum” sanggupkah kaum pria melakoninya? Saya tidak mengatakan hanya kaumku yang piawai menerapkan ilmu mumpuni itu, kaum Adam pun ada juga yang mampu melakukannya, hanya saja sepertinya mayoritas kaum Hawa .

Pernahkah anda, khususnya kaum Hawa berada pada situasi seperti ini “hati menangis namun bibir tersenyum?” Saya yakin  tidaklah mudah bagi kita bersikap demikian.  Sebab menurut hematku, jika ada bagian dari tubuh kita yang sakit, secara otomatis semua ”sahabat-sahabatnya” yang lain akan ikut terpengaruh dan turut berpatisipasi merasakannya.

Suatu penghargaan yang setinggi-tingginya kuhaturkan kepada mereka yang sanggup menerapkan ilmu yang kusebut “ilmu kendali diri” ini  dengan sempurna. Yang pasti aku sendiri merasa sangat kesulitan menjalankannya, yang ada malah “hati menangis, airmata mengalir, mulut terkunci  dan kaki tangan mogok menjalankan tugasnya”

Lantas, timbul pertanyaan : Manakah yang lebih baik, menyembunyikan kesedihan kita kepada si  pembuat  sedih dan orang-orang sekitar kita, dengan cara  seolah tak terjadi apa-apa atau mengemukakannya secara jujur apa yang kita rasa dengan  siap menghadapi  segala resiko, misalnya pertengkaran  dan mungkin  akan menyakiti dan menempatkan si ‘dia’  pada posisi yang serba salah.

Jika alternative pertama  yang jadi pilihan, tentu si pembuat sedih sampai kapan pun tidak akan mengetahui derita kita. Dengan demikian siap-siaplah kita memperpanjang waktu berharga kita dengan serentetan kesedihan sampai seluruh “sahabat-sahabat” hatimu mengajukan protes dan beraksi anarkis.

Kata orang,mayoritas wanita-wanita Jawa sangat pandai “berolah rasa”. Mengapa hanya wanita Jawa saja yang dikaruniakan sifat seperti itu? bukankah bahan dasar hati setiap manusia sama, yaitu segumpal daging bukan batubata, atau tanah liat? Mungkin  faktor lingkungan juga mempunyai andil yang menentukan cara berpikir dan bersikap seseorang.  Apa pun itu, tak seorang pun manusia yang bercita-cita memilih kesedihan dalam hidupnya. Semua orang berhak bahagia, bukan?

Timbul kembali pertanyaan. Jika seseorang tak pernah merasakan kesedihan tentu dia pun tak akan mengerti akan arti kebahagiaan. sebab kesedihan dan kebahagiaan ibarat dua belah mata pisau yang saling bersisian. Tinggal bagaimana cara kita mengolah kedua rasa yang bertolak belakang tersebut agar selaras dalam kehidupan kita?

Suka dan duka, Bahagia dan Penderitaan adalah rangakaian kehidupan yang harus kita jalani.  Cara setiap personal menghadapinya tentu berbeda-beda.  Berharap penderitaan seminimal mungkin menghampiriku.  Kalau pun harus kuterima jua, semoga dapat kuhadapi dengan bijak. Salam bahagia di pagi ini…….

Runtuhnya Keangkuhanku

1359389356625342796

Pic : female.com

“Kalau mau bertengkar, tanggal 30 saja, say. Jangan sekarang…. okay???” pintamu setelah rentetan chat kita di bbm.

Tak ada maksudku mengajakmu bertengkar. Jujur kuakui kadang cemburu itu memang ada, dan aku berusaha dengan rapi menyembunyikannya di sudut hatiku yang paling dalam. Karena kutahu kau akan semakin serba salah dengan keadaan seperti itu. Aku tak ingin menempatkan dirimu pada posisi sulit.

Tak terasa setahun sudah usia hubungan kita. Selama setahun bersamamu kurasakan hidupku penuh warna, walau terkadang pertengkaran melintas antara kita. Tak apa, anggap saja itu bumbu dari sebuah hubungan. Kuberusaha mengerti kamu semampuku, termasuk meredam keinginanku untuk menuntut lebih padamu, kutahu itu tak mungkin. Aku bukan type perempuan penuntut, yang kuinginkan sesungguhnya adalah kau menyadari apa mauku.

Bukan tak pernah kau menyakitiku, dan kuyakin engkaupun pernah merasa tersakiti olehku. Kuingat saat beberapa bulan umur hubungan kita, kata-kata tajammu sangat melukaiku. Aku hanya mampu menutup wajahku dengan tangan gemetar. Menyalahkan diriku yang begitu lemah di depanmu, perlawananku bagai tak artinya jika berhadapan denganmu. Aku bagai tak mengenali diriku sendiri…. entah di mana aku yang dahulu?

Dalam hidupku, di seluruh perjalanan dan di seluruh pengalaman yang pernah kujalani, baru sekali inilah aku memgalami perasaan yang sedemikian menyakitkan. Begitu sakitnya sampai melanjutkan tangis pun aku tak sanggup lagi. Begitu pedih dan perihnya jiwaku sampai berpikir apapun aku tak mampu lagi. Ini benar-benar suatu tragedi, bahkan suatu malapetaka bagiku.

Sesuatu yang merusak seluruh prinsip hidupku, sesuatu yang menghancurkan seluruh kebanggaanku selama ini. Sebab selama ini aku adalah wanita yang mandiri, khususnya secara mental, di mana hatiku tetap utuh tanpa pernah dipengaruhi oleh keberadaan seorang lelaki dalam bentuk ketergantungan apa pun. Tetapi kini, rasanya nilai seperti itu sudah tak ada lagi padaku. Bahkan tak tersisa sedikitpun. Semua itu terjadi sejak kau hadir dan merusak tatanan pertahanan hatiku yang telah kususun dengan rapi.

Mengenalmu, membawa perubahan besar padaku. Bahkan aku sendiri baru menyadari bahwa sesungguhnya aku bukanlah gunung es yang telah lama membeku seperti perkiraan orang-orang selama ini terhadapku. Menolakmu bukannya tak pernah kucoba, tapi semakin kuberusaha menghalau sosokmu dalam bayanganku semakin jelas jua kau tampakkan dirimu dan selalu menjadi bayang-bayang di setiap langkahku.

Ya Tuhan, kenapa begini jadinya? Aku terus mengeluh sendirian dengan perasaan yang semakin lama semakin tercabik-cabik. Sebab setelah semua yang terjadi di antara kita, semakin kurenungkan, makin kurasakan seperti sedang berdiri di muka layar film yang sedang memutar seluruh kisah paling memalukan dalam hidupku. Seluruh hati nurani sampai paling tersembunyi, menggugatku keras-keras.

Aku kenal diriku. Aku bukanlah wanita yang mudah tergiur oleh hebatnya seorang laki-laki dan betapa pun besarnya daya pikatnya. Dari dulu sepotong hatiku telah kuserahkan secara utuh untuk seseorang yang telah menjadi masa lauku. Dia yang sejak remajaku telah mengambil semua simpati dan cintaku, kemudian membawanya pergi, lenyap tanpa jejak.

Tak pernah kurencanakan menggantikannya dengan seseorang yang baru kukenal. Tapi kau, …. kau telah memporak-porandakan susunan puzzle kokoh dalam hatiku. Tak kusadari dan tak kuramalkan sebelumnya ternyata harus kuakui aku telah jatuh cinta padamu. Kau dengan segala tingkah lakumu yang terkadang keras dan egois namun kau pun dapat selembut serabut kapas. Perpaduan laku yang kontras membuat kau lain di mataku.

Setahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Januari dimana aku mengakui kekalahanku mempertahankan semua keangkuhanku, kegagalanku meyakini akan arti sebuah kesetiaan, ambruknya sebuah kesombongan yang telah lama tertanam dalam hatiku. Aku menerima cinta lain dalam hidupku, sebuah cinta unik yang ditawarkan seseorang dengan pribadi unik pula. Tak sedikit pun persamaan sifat antara dirimu dengan tokoh yang telah membawa pergi cinta remajaku.

Dan kini kusadari, tanpa kau dalam hidupku aku bagaikan robot. Kau semangatku, doping bagiku sekaligus candu yang setiap saat menggerogoti waktu dan pikiranku. Sayang……. kutak ingin menuntut apapun darimu, biarlah kujalani hidupku bagaikan air mengalir. Kau dan aku mengerti di mana kita berpijak. Biarkanlah aku menikmati semua rasa indah yang mengalir dalam hidupku, kuharap kau pun demikian. Semoga………

Karena Aku Terlalu Mencintaimu

Kuhantar tanya pada diriku sendiri, apa gerangan membuat cintaku menjulang tinggi padamu? Aku tersungkur dengan cinta ini, aku takluk. Emosi dan gamitan rindu belum pernah terjadi di sejarah hidupku. Kuterpukau dengan kharismamu, kutiada sanggup palingkan wajah walau sejenak ketika bersamamu.

Warasku kian melayang tanpa arah, berserakan tak terkendali. Bilik jiwaku, terisi indahmu, getarkan tiap inci bagian tubuhku. Pesonamu bekukan egoku. Rasa itu kelewat indah mengkristal dan aku akan menjaganya. Selamanya…..

Betapa nestapa jika satu jam saja aku tak mendengar kabarmu, kemanapun kau pergi, apapun lakumu, apa hobbymu selalu ingin ku ketahui. Siapakah engkau, hingga begitu besar keinginanku untuk mengenalmu? Rasanya tak pantas kulakukan semua itu. Adakah kau merasa terganggu dengan kebiasaanku itu, sayang……..? Jika kelakuanku buatmu merasa tak bebas, aku minta maaf……

Sungguh…! Akupun tak ingin bersikap demikian, sayang….. Kubegitu karena kuterlalu mencintaimu, kelewat menyayangimu. Walau kau tak pernah berucap akan keberatanmu, tapi perasaanku mengatakan kau kurang menyukai sikapku. Aku akan berusaha sayang, kendalikan rasa cemasku akan kehilanganmu.

Kuingin kau tahu, alangkah besarnya cintaku padamu, betapa sayangku padamu, rindu jangan kau kira. Engkau ‘tlah berkuasa atas nafasku, gerakku dan tidurku. Ada bayangmu, ada bayangmu. Mengapakah engkau setia membayangi kemanapun ku pergi, apa yang sedang kulakukan, bahkan dalam mimpipun kau  hadir?

Kala malam telah larut, sebelum alam mimpi menyapa. kukhayalkan tentangmu. Terserah aku,  apa khayalanku sebab akulah pelakon utamanya, sutradara, produser dan animatornya. Gemuruh nan lembut bait lantunan doa kupanjat kepadaNya untukmu seorang, agar engkau dianugerahi perlindungan dalam menapaki kehidupan. Mengingatkan engkau agar bersyukur akan nikmat yang telah kau raih dan tabah menghadapi segala cobaan dariNya.

Rasakanlah sayang…. Ikutilah alunan rasa cintaku yang kuhembuskan kepadamu. Ke sinilah bersamaku, mendekatlah kepadaku, kita nikmati indahnya rajutan cinta. Ajarilah aku agar tak ego dalam mencintaimu, karena aku mengerti, aku tiada dapat memilikimu seutuhnya. Aku harus rela berbagi dengan orang-orang yang mencintaimu, pulalah segala aktifitasmu.  Aku cukup puas dengan apa yang kau berikan kepadaku selama ini.

Aku tak tahu apa yang akan terjadi dengan kita nanti, tapi aku selalu berdoa semoga kita disempatkan untuk saling mencintai, wujudkan apa yang kita rencanakan. Menggapai harapan yang kita renda bersama. Dengan kau di sisiku, kuyakin aku akan kuat menghadapi apapun kesulitan yang mungkin terjadi di depan kita. Sanggupkah kau menopangku, sayang?. I love you….!!!

Rasa memiliki itu hidup seperti sel, semula satu dan kemudian terpecah menjadi seribu satu. Aku menyimpan sel-sel yang sangat sehat, ia akan terpecah di luar kendali cinta itu sendiri. Sel itu akan terus merambah, mereka akan hidup melingkari kita,semenjak kita saling mencinta … Suka ataupun tidak.

Kau dan aku berkeinginan melanjutkan hubungan kita, bersama kita beriringan berjalan ke depan, buanglah semua keraguan akan kesungguhan kita satu sama lain. aku akan mencoba untuk lebih mengerti engkau, mengikuti harmoni kehidupanmu dan berusaha menerima semua yang ada padamu,…… karena aku mencintaimu!!!

Semua guratan takdir akan kupapasi, terlanjur percaya  seutuhnya janji kehidupan. Aku titipkan semua ini padaMu Tuhan, jika Engkau menghendaki  maka …… biarkanlah itu terjadi. Kau dan aku hanyalah wayang, yang  selalu mengikuti kehendak Sang Dalang. Yang kulakoni saat ini hanyalah…. Terlalu mencintaimu!

******************

Jangan Biarkan Raguku Padamu, Kasih

Setelah sekian lama hubungan kita, entah mengapa aku belum yakin akan cintamu padaku. Berjibun pernyataan cinta-sayang-rindumu, kau dendangkan untukku, akupun begitu. Tak perlu aku sembunyikan rasaku padamu: “Aku mencintaimu melebihi perkiraanmu…!“. Cintaku di luar lingkar logika.

Aku menerimamu apa adamu, bukan ada apa-apamu. aku paham penuh serupa apa kondisimu, yang tiada sepenuhnya sanggup menemaniku. Sibukmu kelewat padat, kau tetap menyisihkan waktu untukku. Tiada hari tanpa menyapamu, pulalah kumenanti sapamu, memastikan kau baik-baik saja, walau hanya sedetik sudah cukup menenangkan kekhawatiranku terhadapmu.

Lantas…. Apa yang membuatku meragukanmu sayang…..? Entahlah, perasaanku berbisik bertalu-talu: kau tak sungguh-sungguh mencintaiku! Mungkin karena aku tak pernah menemukan gurat-gurat kecemburuan yang kau tampakkan padaku. Bukankah kata orang, cemburu itu tandanya cinta? Ataukah kau begitu pandai memimpin rasamu hingga aku sama sekali tak merasakannya?

Tiap kali kulafazkan raguku, kau mampu menepisnya dan meyakinkanku dengan sempurna. Sesaat aku percaya sepenuhnya padamu, dan kala keraguan kurasa, kembali aku galau. Heeiiii…… Ingin ku teropong isi hatimu, mengenali rasamu yang sebenarnya terhadapku? Jika dugaanku benar, akan lebih baik bagiku, tahu lebih awal.

Sempat kau katakan padaku: “Jangan ragukan cintaku. Believe me… jangan hembuskan ragu itu padaku”. Akkhhh….!!! Kuberharap aku keliru sayang……. Karena aku ingin merajut hari-hariku bersamamu. Merenda esok hari yang belum kita ketahui bagaimana keadaannya, yang pasti bersamamu, aku tak takut menghadapinya. Kuyakin tanganmu yang kokoh akan menopangku jika aku oleng dan dadamu yang bidang telah kau sediakan kala kupenat.

Hai mata elangku, jika kau mengerti apa yang kurasakan, tolong yakinkan aku dengan caramu agar keraguanku padamu lenyap, berganti dengan keyakinan cinta. Tapi jika keraguanku benar, kumohon enyahlah dari hidupku sebelum cintaku melumat diriku sendiri. Bila aku salah, maafkan aku….. Itu berarti aku perlu mengenal dirimu lebih jauh lagi.

Maukah kau memberi kesempatan padaku untuk lebih mengenalmu? Aku merasa kau masih menyembunyikan sesuatu terhadapku. Apakah itu….? Aku sendiri tidak tahu…….! Jangan ragukan aku sayang, aku akan dengan bijak menyimak apapun yang akan kau katakan padaku! Bahkan kemungkinan terburuk pun aku siap mendengarnya, asal kau jujur padaku.

Ayolah…. Sayang, sudah saatnya kita saling terbuka demi kebaikan bersama. Hilangkanlah keraguanku terhadapmu dan jangan biarkan ragu menerpaku. Aku tak ingin terus berpikir negatif tentangmu sebab aku begitu mencintaimu. Manusiawi bukan jika aku berharap sama………

Malam ini aku tak dapat memicingkan mataku walau jarum jam di dinding kamarku menunjukkan jam satu dini hari, apakah kau juga sama denganku, mengevaluasi perjalanan cinta kita selama ini? Esok akan kutanyakan padamu bagaimana hasilnya…. dan berharap kau tidak meragukan aku, seperti aku meragukanmu malam ini…….

Apapun yang akan kudengar nanti, sepahit apapun jua, kuakan lebih baik, asal kau katakan dengan jujur. Sebab sebuah kejujuran sangat berarti bagiku.
Selamat malam sayang, teriring salam rinduku untukmu………

======000======

Cintaku di Luar Logika

Sedang apa kau di sana…..? pertanyaan ini selalu ada dalam hatiku, entah sampai kapan akan berakhir dan berganti dengan pertanyaan yang lain, misalnya…. tahukah kau keadaanku di sini? Aku hampir semaput hari ini sayang……kuberitahukan padamu keadaanku yang sebenarnya walau kau tak bertanya. Kucoba bayangkan engkau yach dengan versiku…….

Kau dengan gelisahmu, muka kusut dan duduk termenung, kemudian tiduran berharap keadaan akan membaik dan berjalan sesuai dengan yang kau inginkan. Ayolah….sayang, jangan berpaku diam tanpa gerak untuk mengubah segalanya. Pikirkan jalan terbaik untuk kau dan dia. Untuk apa kau takut menghadapinya, yakinkan dia dengan kesungguhan cintamu padanya, dan biarkan aku terkapar dengan racun yang sudah menyebar. Mudah-mudahan itu tak akan lama, karena aku mempunyai immun yang cukup melindungiku dari kematian yang kronis. Jangan khawatirkan aku, aku akan kuat walau tak sekuat Srikandi.

Dalam keterpurukanku aku dengan tulus berharap kau akan memperoleh apa yang kau inginkan. Kau katakan padaku, ketenanganlah yang kau perlukan saat ini. Aku gagal memberikannya untukmu, maka dengan sadar diri aku mendukungmu untuk mendapatkan kembali ketenangan yang dulu pernah kau rasakan bersama dia. Percayalah sayang….. jika kau dengan sungguh hati mengusahakannya ketenangan itu akan kau dapatkan kembali. Dan aku… dari jauh akan tersenyum melihat kau bahagia. Mungkin klise kedengarannya, tapi sungguh…… aku bahagia jika melihatmu bahagia, walaupun bukan denganku..

Itulah cinta……. cinta terdalam lahir dari lubuk hatiku, kupersembahakan untukmu. Sepertinya salah alamat, tapi aku sama sekali tak menyesalinya. Bersamamu walau tak lama, mengukir banyak makna dan cerita yang beragam, terkadang pahit, juga asam tapi lebih dominan manisnya. Aku menikmatinya setiap detik bersamamu, walau kebersamaan kita bukanlah pertemuan dua fisik yang berbeda.

Sering kukatakan padamu, cintaku di luar logika. Semakin aku menolak dan berusaha menjauhimu semakin dahsyat kerinduan itu datang menerjang pertahananku. Usahaku menempatkan kau di barisan sejajar dengan yang lainnya, malah tanpa sadar tempat khusus yang kusediakan untukmu. Memelihara rasa itu dengan hati-hati seolah barang berharga yang rapuh dan gampang pecah….. menyembunyikannya dengan aman agar tak terdeteksi oleh radar canggih yang ada di sekeliling kita. Jika waktu itu perhitunganku salah, dan berakibat fatal untuk kita,….. maafkan aku, aku tak sengaja! Untuk itu aku harus bersedia menerima akibat dari kesalahanku.

Cintaku luar biasa untukmu, entah kau rasa atau tidak? Bagiku….kau laki-laki yang mampu membuatku menuruti kata-katamu. Aku paling suka mata elangmu….. bersorot tajam, menandakan kau sosok yang cerdas dan tegas. Kusuka dengan lakumu yang selalu penuh kejutan dari hari ke hari. Sesuatu yang tak dipunyai orang lain, kau tak hanya pandai dibidangmu saja, tapi dalam berbagai hal aku kalah olehmu.

Cinta kita kusebutkan sebagai cinta yang unik, bagaimana tidak? Tak pernah sekalipun kita bertemu muka, kerlingan mataku tak pernah kau lihat dan senyumanmu pun hanya kaku dalam bentuk foto yang terrekam dalam otakku. Tak kumengerti mengapa aku dan kau mengalami cinta gila ini? Tapi kuyakinkan kepadamu “aku mencintaimu apa adanya”

Kau minta aku mengerti, …… segudang pengertianku untukmu sayang….! Apalagi yang ingin kau minta dariku? bersabar…….? yach,…… memang tak ada pilihan untukku selain bersabar! Bersabar menunggumu dan berharap semoga badai segera berlalu dan pelangi akan muncul menghiasi hati kita berdua. Jangan khawatir, aku akan menepati janji yang telah kusanggupi.

Semoga ketenangan akan kau dapatkan, doaku selalu ada untukmu……. I love You……>>>>>>>>>>Miss You…
****************************************

Cinta Sejati Dibawa Mati

Malam semakin pekat, tapi tubuh itu sedari tadi masih saja duduk diam tak bergerak. Tak dihiraukannya nyamuk-nyamuk nakal menghisap betis mulusnya. Entah apa gerangan yang sedang dipikirkan gadis itu. Sudah seminggu kebiasaan ini terjadi, setiap jam tujuh malam sampai dini hari barulah dia beranjak dari bangku tua di taman itu. Langkahnya gontai dengan pandangan lurus ke depan. Nampaknya begitu berat beban pikiran yang dipikulnya.

Andini,…….. nama gadis itu, Lengkapnya Andini Wijaya. Nama yang bagus, seelok penampilan fisiknya. Dengan bentuk wajah oval, berhidung bangir dan yang teristimewa matanya. Mata bening itu, memancar kelembutan pemiliknya dipadu dengan bibir mungil dan dagu runcing, lengkap sudah keindahan seorang gadis melekat padanya.

Andini memang sedang dilanda masalah yang menurutnya sangat berat. Perang batin sedang melandanya saat ini. Luar biasa kenyataan yang sedang dihadapinya. 8 tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah penantian. sampai batas penantiannya berakhir dan memutuskan membuka hatinya untuk laki-laki lain, tiba-tiba sosok itu hadir di depannya dan mengacaukan semua yg sudah susah payah disusunnya dengan rapi.

Sebuah permintaan yang dulu begitu diimpikannya, mengapa baru sekarang ia dengar? Walau dalam hati Andini menjerit kegirangan, namun dia juga menangis dengan kenyataan yang ada. Tinggal satu bulan lagi acara pertunangannya dengan Bima akan dilangsungkan, sedang seminggu yang lalu Yudis, sang pujaan hati yang dinantikan selama ini datang menjumpainya dan menawarkan serta memohon agar andini bersedia mendampingi seumur hidupnya.

Ternyata Yudis selama ini memendam perasaan yang sama dengannya, hanya tak berani mengungkapkannya langsung kepada Andini. Begitupun prasangka Andini, menganggap perhatian dan sayang yang diberikan Yudis terhadapnya sebagai wujud kasih sayang seorang kakak terhadap adik. Tanpa Andini sadari ternyata Yudis sangat menderita menyaksikan hubungan Andini dengan Bima, sampai saat rencana pertunangan itu didengar Yudis.

Tak dapat menahan diri untuk menyembunyikan perasaannya dan ketakutan akan kehilangan Andini membuat Yudis nekad mengungkapkan segala perasaannya selama bertahun-tahun terhadap Andini. Dan akibatnya, Andini terombang ambing pada sebuah persimpangan yang sulit untuk dipilihnya.Meneruskan pertunangan dengan Bima dengan resiko melepaskan orang yang bertahun-tahun dicintainya atau membatalkan rencana pertunangan dan menggapai cinta sejatinya?

Tak sesederhana itu, bagaimana cara Andini menghadapi Bima dan kedua keluarganya? Apa yang harus diungkapkan sebagai alasan untuk membatalkan pertunangan yang sebentar lagi akan diselenggarakan?
Belum jua dia mendapatkan titik terang atas dilema yang dihadapinya. Menurut keinginannya, tentu Andini akan memilih Yudis yang memang dicintainya sejak lama.

Begitu banyak kenangan antara Andini dengan Yudis, selama ini Andini sama sekali tidak menangkap adanya perasaan khusus dari Yudis terhadap dirinya, walaupun beberapa kali Andini mencoba mengajuk isi  hati Yudis, tapi sama sekali tidak nampak apa yang dicarinya.
Bagi Yudis, ia akan cukup bahagia hanya dengan duduk diam bersama Andini….. bersama Andini membuat hari-harinya penuh warna.

Begitukah makna sahabat?  Seseorang yang membuatnya rindu, membuat ia tersenyum diam-diam saat mengingatnya? Tapi bagi Yudis Jika cinta membuatnya terluka dan akan kehilangan Andini lebih baik ia menyimpan cinta itu di relung hatinya paling dalam. Dan luka….biarlah tersimpan rapi di hatinya. Akan sekuat itukah Yudis membiarkan orang yang dicintainya menjadi milik lelaki lain? Tidak….!!! Ia harus mencoba meraih apa yang menjadi bahagia dalam hidupnya, bahagianya Yudis adalah  hidup bersama Andini!
*****************************
Semalam Andini dan Yudis telah membahas apa yang harus mereka lakukan. Kesepakatan  telah ada, mereka harus membicarakannya secara jujur dengan Bima tentang perasaan keduanya. Apapun keputusan Bima itulah jalan terbaik yang harus mereka tempuh. Memang perlu keberanian extra untuk mengatakan sebuah kejujuran, tapi itu jalan yang harus mereka tempuh, karena Andini tak ingin mendustai nuraninya juga Bima. Baginya Cintanya dengan Yudis adalah cinta sejatinya.

Keduanya duduk dengan tegang menanti kedatangan Bima di tempat yang telah mereka janjikan. Malam ini memang Cafe yang mereka datangi terlihat lebih sepi dari biasa, walau live music dengan lagu instumentnya cukup menghibur tapi sama sekali tidak menutupi kegalauan hati kedua insan itu. Nampak dari cara duduk keduanya yang tidak tenang sambil sesekali meloleh kearah pintu cafe. Bima sama sekali tidak mengetahui apa yang ingin dibicarakan calon tunangannya itu, yang ada dalam pikirannya pasti ada sesuatu masalah yang serius sampai Andini meminta pertemuan dengan secara mendadak dan bukan di rumahnya.

Akhirnya yang dinantikan datang juga, Bima mengenakan  kemeja biru dan celana hitam nampak gagah dengan  menyungging senyum mengahampiri Andini dan Yudis sambil menarik salah satu kursi yang disediakan. Yudis dan Bima memang sudah saling mengenal walau tidak akrab, jadi Bima tidak  heran sama sekali melihat Andini duduk bersama Yudis malam itu. Yang mengherankannya adalah sikap Andini yang sepertinya tidak tenang dan serba salah. Senyum yang diperlihatkan Andini tidak seperti senyum biasanya.

Tak sabar Bima bertanya” apa yang ingin kamu bicarakan, sayang?”
Dengan terbata-bata Andini menceritakan tentang perasaannya dengan Yudis dan Yudis pun dengan perasaan serba salah melengkapi cerita Andini hingga terbentuk sebuah cerita yang menurut Bima suatu nyanyian kematian bagi kelangsungan hubungannya dengan Andini. Sulit diterjemahkan bagaimana perasaan Bima, antara rasa kecewa, kesal dan penghargaan atas kejujuran Andini dan Yudis membuatnya terdiam seribu bahasa. Sebagian tubuhnya serasa lumpuh dan dia yang biasanya cerdas tak mampu menjawab ketika Andini meminta bagaiman keputusannya setelah mendengar ceritanya tadi. Mukanya pucat dan keringat membasahi pelipisnya walaupun ruangan di cafe itu cukup sejuk.

“Aku tidak dapat memberikan jawaban sekarang, aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya” ucap Bima berusaha  setenang mungkin.

“Maafkan kami mas, apapun keputusan mas kami berdua akan mengikutinya” ucap Yudis dengan tertunduk.

Dengan menahan emosi, akhirnya Bima pamit meninggalkan keduanya. Setelah kepergian Bima, Andini terhisak merasa bersalah telah menyakiti calon tunangannya yang baik hati itu. Apa hendak dikata, tak adil baginya kalau harus menyembunyikan perasaannya terhadap Yudis kepada Bima. Kejujuran itu sangat penting baginya, terlebih perasaannya terhadap Yudis sungguh sulit dihapus dalam hidupnya, apalagi Andini mengetahui bagaimana perasaan Yudis terhadapnya.

Kedua meninggalkan cafe dengan perasaan yang tak karuan, terdiam …… baik Andini maupun Yudis tak ada yang bersuara. Baru saja keluar dari tempat parkir cafe itu, tiba-tiba sebuah mobil truk dengan kecepatan tinggi menghantam mobil sedan yang dikendarai Yudis, tak ampun lagi mobil Yudis terguling beberapa kali dengan kondisi rusak berat. Bagian depan kacanya hancur berantakan  dan beberapa  pecahan kaca tersebut telah menancap dibagian-bagian  tubuh Andini dan Yudis.

Keduanya tidak tertolong lagi.Yahhhh….. malam itu cinta sejati antara Andini Wijaya dan Yudhistira harus berakhir di dunia fana………
Di tempat yang tidak berapa jauh dari lokasi kejadian nampak seorang laki-laki dengan setelan baju biru dan celana hitam tersenyum dengan puas menyaksikan peristiwa tersebut. Tak lama kemudian ia pun meninggalkan tempat itu………………….
Benarlah pepatah bijak mengatakan “Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan”
*******************

Bila Hati Bicara

Malam ini. Terulang kembali ‘tuk kesekian kalinya. Kuyakin kau tak menyelami perasaan terdalamku. Pilihanmu kepada dia, mendampingimu. Dan bukan aku. Mestinya, akulah yang paling berhak atas dirimu. Tapi kutak berdaya melawan arus kenyataan serupa ini. Hanyalah pembaringan dan bantal menjadi saksi bisu derasnya air mataku.

“Apakah arti dirimu baginya…?”, sebuah tanya terlontar dari ruang yang tak pasti datangnya.  Akulah yang seharusnya kau minta untuk menemanimu malam ini. Entah apa pikiranmu hingga engkau samar-samarkan dan menyembunyikan dalam kubangan. Sayang, aku bukanlah wanita yang tak punya hati…… Aku memiliki keinginan sesekali menggandeng tanganmu, di sampingmu . Asaku teman-teman sejawatmu mengakui adanya aku sebagai pasanganmu, pemilik sah atas dirimu.

Tiada pentinglah rasanya kuungkapkan kepadamu apa inginku, kuingin kau tahu seperti apa pengharapanku. Aku bukan Upik Abu dalam rumah tangga kita, sedang dia kau jadikan penghias yang terus kau jaga dan kau pamerkan di depan umum. Tak terbayangkah olehmu bagaimana perasaanku, sayang……

Sepanjang hidupku hanya ada satu laki-laki yang kucintai dengan sungguh-sungguh, dan itu adalah kau!  Kau memberika cintamu untuk wanita lain, aku tak sanggup marah, bahkan untuk menyalahkan sedikitpun aku tak kuasa, kau tahu mengapa…….? Karena kau sepertinya mendapatkan kebahagiaan bersamanya.  Kau seperti manusia baru, bukan laki-laki yang selama ini hidup denganku dan kukenal. Jujur…. aku ikut senang melihat kebahagiaanmu sekaligus menangis atas  gagalnya aku!!!

Aku menghargai tanggung jawabmu sebagai seorang ayah terhadap anak-anak kita, tak  kudapatkan cela dirimu atas semua lakumu terhadap buah hati kita. Dan aku tidak mempermasalahkan berapa besar pendapatan yang kau berikan untuk dia, karena bagiku  kau telah mencukupi kebutuhan jasmaniku. Sebagai  seorang ayah, kau sempurna.

Apakah terpikir olehmu setelah sekian lama kita berada dalam satu atap, hidup bersama dalam suka dan duka, rasanya mustahil kalau aku tidak mempunyai rasa cinta terhadapmu, walaupun awalnya memang demikian adanya. Tak cukupkah yang kulakukan lewat pengabdianku kepadamu, mengurusi engkau sampai hal-hal terkecil ? Telah kutunaikan kewajibanku sebagai layaknya seorang istri yang baik, tapi sepertinya itu belum cukup membuatmu menghargai keberadaanku secara nyata, pun tak mampu aku meraih cintamu seutuhnya…. untukku. begitu tertutupkah hatimu untukku, apakah sudah tak bersisa sedikitpun walau hanya ampasnya saja?

Walau aku mengizinkan kau berbagi , atau mungkin lebih tepatnya memberikan cintamu untuk dia, yang kau katakan….. kau cintai dan dengan dia kau yakin akan merasa bahagia, tapi tahukah kau dalam hati kecilku aku tak rela?! Manalah mungkin seorang istri dengan rela mengizinkan pasangannya dimiliki wanita lain, jika ada…..itu bukan aku!!! Aku tak sekuat itu sayang…..perasaan sakit kusimpan bertahun-tahun tanpa kau ketahui. Di depanmu kutampilkan diriku sebagai seorang istri seperti yang kau inginkan, melahirkan anak-anakmu, mengurusi anak-anak kita, memanage rumah tangga kita dan menyiapkan keperluanmu tanpa sekalipun protes keluar dari mulutku.

Aku tak bahagia dengan keadaan seperti ini, sayang…. Aku butuh pengakuan darimu dalam bentuk nyata, kalau aku adalah istrimu, aku membutuhkan cintamu…. Tak apalah jika tak utuh, paling tidak ada bagianku dalam hatimu,….dalam cintamu, walau kutahu masalah perasaan tak ada seorangpun yang dapat memaksanya…. Paling tidak berusahalah untuk mencintaiku.

Apa artinya kehidupan yang kita jalani selama ini, jika tak ada cinta menaungi jiwa kita? Aku tak mengerti bagaimana membuat kau menyadari arti diriku bagi dirimu, atau memang aku kau anggap sebagai manekin yang bernyawa tapi tak punya perasaan dan keinginan? Sungguh terlalu….. kau letakkan aku hanya sebagai pelengkap kehidupanmu. Entah sampai kapan kumampu bertahan

mendampingimu dan jika suatu saat batas kesabaranku telah habis, aku akan pergi meninggalkan engkau, Bukankah sebagai manusia yang bebas aku pun berhak mencari kebahagiaanku sendiri? Suamiku…..cintailah aku dan tempatkanlah aku di sisimu sebagaimana layaknya seorang istri. Bila hatiku dapat bicara, seperti inilah kata-katanya…………..
**************

Aku Menangis, Sayang…….

Kau tahu….. saat ini aku serasa tak tahu akan tujuan hidupku, Terasa hampa!  Setelah kau membiasakan aku dengan sapaanmu yang acap membuatku tertawa bahkan terkadang menangis ,sebab kau bagiku sang egois sejati, mau menang sendiri dan selalu berkata-kata tajam jika sedang marah padaku. Jika boleh aku memilih …. aku akan pilih menangis  tapi masih dapat berkomunikasi denganmu daripada tertawa tapi tak tahu bagaimana keadaanmu di sana.

Dari semula sudah kuduga kejadian seperti ini akan kualami, walau sudah kuantisipasi masih saja terlalu sakit terasa….bagaikan seribu jarum menusuk dalam hatiku. Kutahu…. kau pun tidak berbeda denganku, kau pasti sakit kan sayang….? Kutahu, kau dan aku tidak menginginkan keadaan seperti ini berlanjut terlalu lama, tapi itu harapan kita…. kenyataannya masih terselubung kabut hitam.

Aku menangis…. sayang!  sungguh berat kujalani hari tanpa semangat darimu. Telah kucoba berbagai cara untuk menerima keadaan seperti yang kau minta, tapi aku tak sanggup…….aku tak sanggup walau aku ingin yang terbaik bagiku juga untukmu. Cinta kita telah membunuhku….. membunuh logikaku dan melumpuhkan semua jaringan normal dalam tubuhku.

Kau minta aku berjanji menuruti keinginanmu, kupenuhi janjiku  walau alam bawah sadarku terus mendesak agar aku melanggarnya. Sulit sekali bagiku memenuhi janjiku itu, ….dan aku hampir mati tak berdaya akibat kekeringan, tanpa siraman air segar darimu. Apakah kau sama sekali tidak memikirkan penderitaanku saat ini? aku lumpuh sayang……. aku invalid sekarang!

Kutahu, tangisku tak akan merobek ruang dan waktu serta menghampirimu dengan sendirinya, maukah kau menghapus air mataku, membasuh segala kegundahan yang terpatri dalam batinku, dan menghilangkan sesak yang membuncah dalam dada ini?

Selama ini aku tidak menuntut lebih darimu karena aku sadar akan posisiku, hanya  untuk memberikanmu ketenangan dari goncangan yang kau alami. Jika menurutmu aku tak sanggup memberikan ketenangan itu bahkan membuatmu makin  kacau…… aku tak tahu harus bagaimana? Tapi apapun yang terjadi aku sama sekali tak ingin membuat keadaanmu sulit, yang kuinginkan kau bahagia…… Jika kau dapatkan kebahagiaan dengan membuangku dalam kehidupanmu, dengan tulus hati kukatakan padamu ….” aku rela”.

Malam ini, aku duduk menghadap jendela , aku suka tempat ini… tempat aku bebas  menakar duniaku, dunia yang normal  dan wajar, tempat aku eksis sebagai manusia yang seimbang. Orang-orang tak akan ada yang mengetahui betapa limbungnya aku malam ini. Kupanjatkan doa dengan setulus hati, semoga aku dapat meraih nirwana dalam hidupku, dan berharap kau datang membawa sejuta kebahagiaan untuk kau dan aku. Semoga waktunya tak terlalu lama, dan aku masih sanggup bertahan………..
***************

Tentang Sebuah Rasa

Tuhan… kasihilah aku
Julurkan petunjukMu pada hamba-Mu ini
Kuapakan rasaku ini
Aku mencintainya….
Sangat menyayanginya
Segenap hati sepenuh jiwa
Kutahu akan sulit bagiku
Pula, tiada mungkin kumemilikinya

Kuhalau sepenuh daya
Jauhkan semua pesona dan bayangannya
Terjangannya aduhai liar
Menggoda-goda melibas nalar
Hingga hasratku lebur dalam keindahan sekeping khayal

Tiada sanggup kumenghindar
Hanya pasrahkan jiwa
Jiwa yang terpasung olehmu, tak berdaya… Lemah
.
Lantas….apa yang harus kulakukan?
Bukankah sebuah rasa….
Pahit, manis atau hambar
Katanya karunia dariNya…

Lalu….
Jika rasa itu datang padaku
Tanpa kuminta
Apakah ini khilafku?
Tolong berikan aku senjata
Tuk mematikan rasa cinta ini

Jerat-jerat asmara merangkai dua hati
Menjala pintalan rindu dahsyat
Wajibkah terputus karena norma dan kaidah?
Biarlah… Kunikmati saja rasa ini
Ku tak perduli, Rasa ini milikku
Kudekap dia, kutahtakan di jiwaku
Sebab
Dia raja hatiku

Sembilu Darimu Terlalu Sakit, Sayang……

Cerahnya mentari pagi berbanding terbalik dengan hatiku
Bagai petir disiang bolong, kuterima pengakuanmu
Memang jujur, dan kuhargai itu
Sembilu kau torehkan tepat di ulu hatiku
Dan embun pagi menghilang menjauhiku
.
Berharap kata cinta dan kasih yang kau tiup
Tuk imbangi kerinduanku yang tak berbatas
Yang kuterima malah deretan aksara yang menyakitkan
Hatimu meratap, menyesali kesalahan yang sudah terjadi
Kau tuduh aku sumber kehancuranmu, tanpa berbelas
.
Tahukah kau…..
Tak kan ada suara dari sebuah tepukan jika hanya sebelah tangan
Tak ada simphoni yang tercipta dari gitar yang tak berdawai
Kau dan aku…. Ada, maka konflikpun menyerta
Terima kasih kuhaturkan atas semua sembilumu
Luka ini….. akan kurawat,
Biarlah kunikmati sendiri bilur yang kau hadiahkan
.
Tak pernah secuilpun kusangka isi hatimu
Di luar kaulontarkan mencintaiku, menyayangiku
Tapi dalam hatimu penuh kebencian,
Kemarahan, kemuakan dan kegeraman
Mengapa tak kau katakan sebelumnya rasa itu
Bukankah dari semula telah kukatakan,
Aku lebih menghargai sebuah kejujuran
Walau pahit sekalipun, tak mengapa
.
Sembilu darimu terlalu sakit, sayang
Biarpun begitu, kuterima dengan ikhlas
Kuikuti apa maumu,…
Buanglah aku, tenggelamkan aku dari peredaranmu
Singkirkan aku jauh ke luar daya jangkaumu
Bila perlu tikam aku dengan sembilumu
Tak cukup sekali, seratus kali pun boleh kau lakukan
Puaskan hatimu….
.
Mulai hari ini aku yang lama akan mati
Jiwa baru dengan jasad lama akan hadir
Ku lupakan engkau sang pembawa sembilu
Cukuplah sudah kesakitan yang kau toreh
Walau tertatih, kupastikan akan sampai tujuanku
Selamat tinggal sayang…..
***********************