Kuingin Kau Bahagia

13323383961439443093

Kuingat pada sore itu, di sebuah bangku panjang kita duduk berdua. Nampak olehku ada sesuatu  maha penting  yang ingin kau sampaikan padaku. Kegelisahan nampak nyata pada raut wajahmu yang biasanya santai. Jemari tanganmu saling meremas satu sama lain, hingga menimbulkan bunyi yang menggiris bagiku. Apa gerangan berita penting itu, hingga membuat engkau begitu gelisah?

Kutatap wajahmu tepat dikedua bola matamu. Kau menghindar tatapanku, kalah. Lantas menunduk, seakan ujung sepatumu dan sepatuku lebih menarik perhatianmu daripada aku yang ada di sampingmu. Tak sabar kuraih kedua tanganmu, kugenggam dengan kuat dan kuletakkan di pangkuanku seolah ingin menguatkanmu. “Sekarang, ceritakanlah padaku apa yang hendak kau katakan. Aku siap mendengar apapun itu.” ucapku pelan tanpa melepaskan genggamanku.

Dengan kalimat yang terpatah-patah kau ceritakan padaku tentang siapa dirimu sesungguhnya. Sangkamu aku akan terkaget-kaget dan segera membalikkan badan  meninggalkamu? Sama sekali tidak, …..sayang! Tak ada yang berubah pada diriku setelah mendengar ceritamu. Malah aku semakin mengerti engkau, makin kumencintaimu. Hapus semua keraguanmu padaku!

Apapun adanya dirimu  tak akan mengurangi penilaianku terhadapmu. Kau tetaplah sama dengan yang pertama kukenal. Kau adalah kau, sosok yang membuatku kagum dengan segala sikap dan ulahmu. Dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Manusia tak ada yang sempurna, bukan?

Pernahkah kau mendengar tentang ‘metamorfosa manusia‘? Setiap manusia pasti mengalami metamorfosa. Akan tetapi kita beda dengan kupu-kupu dan katak yang mengalami metamorfosa dengan proses yang sama. Sedang kita,… kita dapat merubah diri kita menjadi lebih baik,dan lebih baik lagi tanpa merubah bentuk kita.

Yakinlah sayang, jika kita berusaha tak akan ada yang sia-sia. Paling tidak, kita dapat mengambil hikmah atas suatu kegagalan dan mensyukuri atas suatu keberhasilan. Kegagalan adalah pelajaran berharga agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jalanilah hidup seperti air mengalir, ikuti arusnya yang membawa kita dan jangan dilawan! Karena itu akan menguras tenaga dan berakhir sia-sia.

Maafkanlah aku yang tak peka selama ini, berbagai tuntutanku pastilah menimbulkan kesulitan buatmu. Sering kuberteriak dalam hati, mengajukan protes atas sikapmu yang menurut tak sebanding dengan yang kulakukan untukmu. “Kau tak peduli padaku, kau biarkan rasa cemasku menunggu kabar darimu dan kau tak menyayangiku sebesar aku menyayangimu!”, dan banyak lagi tuduhan-tuduhanku terhadapmu tanpa kucoba mencari tahu penyebabnya.

Yang kutahu, kau harus ada disetiap aku butuhkan. Kau harus siap menghiburku kala kusedih, memberikanku semangat saat kuterpuruk, memberikan solusi atas masalahku! Tapi tak kusadari, engkaupun punya segudang masalah yang tak ingin aku ketahui. Kau sembunyikan rapat-rapat dariku dengan alasanmu sendiri.

Pernah kuberteriak kala kita beselisih “Tuhan, adakah kau ciptakan jalan yang indah untuk sebuah perbedaan??” Padahal kusadari karena perbedaanlah yang membuat semuanya menjadi indah. Seperti katamu ” coba bayangkan, jika di bumi ini semua bunga hanya ada satu warna, di mana letak keindahannya? Tuhan menciptakan perbedaan agar kita dapat menikmati keindahannya

Tahukah kau, aku bangga padamu.  Bangga dengan perjuanganmu menghadapi hidup . Aku merasa punya arti jika diizinkan mengambil bagian dari masalahmu, mungkin tak banyak yang dapat kuperbuat. Paling tidak, aku akan menjadi pendengar yang baik bagimu. Ceritakanlah padaku semua keresahan dan membelitmu selama ini. Jadikan aku sebagai kertas untuk menulis semua yang kau rasa dan aku siap menampung semua yang akan kau tulis.

Berbagai kejadian telah kita alami bersama, dan setiap kali masalah datang, sejauh ini kita dapat menyelesaikannya. Aku ingin kita seperti sebuah team, team  yang solid untuk kita sendiri. Aku tak ingin kau menyembunyikan gurita hidupmu sendiri, heeeiiii…. masih ada aku!! Aku siap menjadi kertasmu, sekaligus menjadi penamu. Ayo tuliskan semua resahmu…….gerakan jemarimu dan mulailah menulis.

*****

Dan malam ini, aku merasa sendiri!  Kejadian sore itu bagai  baru kemarin kurasa. Seperti yang berulang-ulang kukatakan padamu “aku akan turut berbahagia jika engkau bahagia” dari jauh kulihat engkau nampak tertawa bahagia bersama seorang  wanita yang telah menjadi ibu dua malaikat kecilmu. Tak terasa menetes air mataku, entah air mata bahagia ataukah air mata penderitaan. Aku tahu suatu saat semua ini akan terjadi. Walau telah kupersiapan jauh-jauh hari, tetap saja rasa ngilu itu ada.

                                                           *****

Pernah kubaca kalimat seperti ini “Andai semua angan dapat kugapai tanpa cela, maka akan kutembuskan anganku melewati batas cakrawala. Memilikimu adalah mimpi yang terindah. Dan melabuhkan hati padamu adalah pengharapanku yang sebenarnya. Tapi merelakanmu adalah hal terhormat “.
Ahhhhh….. cukuplah sudah kusaksikan kau bahagia, biarlah aku menata kembali sekeping hati yang porak poranda. Kuyakin aku mampu mengatasi kemelut dalam batinku. Dengan menyungging senyum, kubulatkan tekadku untuk menyongsong masa depanku. Terima kasih atas hari-hari indah bersamamu.
oooooOOOooooo

Setangkai Rindu Untukmu

Pic : Blog.spot.com

Maukah kau menelponku sebentar, walau hanya mengucapkan I Love You?” pintamu barusan. Aku ingin sekali sayang….. Tuntutan dalam hatiku dari tadi terus mendesak dan menggodamku untuk menghubungimu, tapi tak kulakukan. Aku rela memendam kerinduanku padamu sekuat hatiku, karena aku tak ingin mengganggumu. Aku tak ingin mengganggu waktu rehatmu, sebab kutahu kau sangat lelah hari ini.

Aku telah lulus uji kesabaran yang kau ajarkan padaku dengan nilai A” itu kukatakan padamu tadi pagi. Walau kedengarannya seperti lelucon, tapi benar adanya. Aku tak peduli kau menanggapinya dengan tawa, seolah meragukan pernyataanku. Caramu memberikan pelajaran padaku sungguh unik, setiap kesalahan yang kulakukan mendapat hukuman yg membuat mengerti dan jera mengulanginya.

Makanya, kalau bicara tuh jangan asal ceplos saja, apa yang dipikirkan langsung saja dikeluarkan. Mbokya dipikir-pikir dulu” itu nasehatmu berulang-ulang kepadaku. Memang betul, itulah aku! Sisi jelek diriku lainnya adalah tak sabaran mendengar lawan bicara berkata-kata lamban. Aku sering memotong pembicaraan orang lain yang kuanggap hmmmmmm…. Lamban.

Aku kangen sayang….. duh, tahukah kau, walau kubilang “rehatlah say” tapi hatiku berkata “jangan biarkan aku sendiri sayang, temani aku. Belum puas aku menikmati kebersamaan kita walau tanpa bertatap muka”. Egois ya aku…..? Tapi aku jujur lho mengungkapkan semua ini.

Ketika rasa tak puas ini kurasakan, aku segera menulis tentang perasaanku dan rasa tak puasku. Seolah aku bicara denganmu. Kubayangkan engkau mendengarku, membayangkan kau tersenyum ketika aku mau menang sendiri mempertahankan pendapatku yang ternyata salah. Kemudian kau balas mentertawakan saat aku menyadari kesalahanku.

Sudah salah…. Ngotot dan galak lagi!” Itu katamu jika aku tak mau kalah dengan pendapatku. Hihihihi… Sifat jelekku bertambah lagi!

Tapi aku mengakui salahku tanpa malu-malu kalau memang ternyata aku salah. Biasanya aku akan bilang ” ternyata di kau benar say…….aku kok tak pernah benar yach kalau berdebat denganmu, lain kali aku tak mau lagi deh ngotot”. Ku bayangkan pasti kau tersenyum simpul menghadapi kelakuanku. Hahahaha…… Caramu memberitahukan kesalahanku tidak langsung menyalahkan, tetapi membiarkan aku mencari sendiri kebenarannya dan itu cukup membuatku malu sendiri.

Kuingat, engkau berkata “bukan selalu salah say, tetapi belum pernah betul” hahahahahaha….. Lembut tapi sadis! Ada saja istilahmu membuatku menerima kekalahanku tanpa sakit hati. Aku menyukai metode pengajaranmu…. ! Ahhhhh…. mengingatmu tak akan pernah ada habisnya, mungkin karena aku sangat mencintaimu……..

****

Malam ini, kucoba meredam setangkai kerinduanku padamu. Biarlah kerinduan ini bermegah dalam relung hati. Kuyakini kala aku merindukanmu, engkaupun merasakan sama seperti yang kurasa. Adakah cinta tanpa kerinduan, adakah kerinduan tanpa cinta dan adakah cinta tanpa pengorbanan?

Wahai cintaku, kuhaturkan Setangkai Rindu Untukmu. Terimalah dan jagalah dia, agar ia hidup sampai di akhir napas kita. Bukankah  seperti itu yang kita inginkan?

*************************

Runtuhnya Keangkuhanku

1359389356625342796

Pic : female.com

“Kalau mau bertengkar, tanggal 30 saja, say. Jangan sekarang…. okay???” pintamu setelah rentetan chat kita di bbm.

Tak ada maksudku mengajakmu bertengkar. Jujur kuakui kadang cemburu itu memang ada, dan aku berusaha dengan rapi menyembunyikannya di sudut hatiku yang paling dalam. Karena kutahu kau akan semakin serba salah dengan keadaan seperti itu. Aku tak ingin menempatkan dirimu pada posisi sulit.

Tak terasa setahun sudah usia hubungan kita. Selama setahun bersamamu kurasakan hidupku penuh warna, walau terkadang pertengkaran melintas antara kita. Tak apa, anggap saja itu bumbu dari sebuah hubungan. Kuberusaha mengerti kamu semampuku, termasuk meredam keinginanku untuk menuntut lebih padamu, kutahu itu tak mungkin. Aku bukan type perempuan penuntut, yang kuinginkan sesungguhnya adalah kau menyadari apa mauku.

Bukan tak pernah kau menyakitiku, dan kuyakin engkaupun pernah merasa tersakiti olehku. Kuingat saat beberapa bulan umur hubungan kita, kata-kata tajammu sangat melukaiku. Aku hanya mampu menutup wajahku dengan tangan gemetar. Menyalahkan diriku yang begitu lemah di depanmu, perlawananku bagai tak artinya jika berhadapan denganmu. Aku bagai tak mengenali diriku sendiri…. entah di mana aku yang dahulu?

Dalam hidupku, di seluruh perjalanan dan di seluruh pengalaman yang pernah kujalani, baru sekali inilah aku memgalami perasaan yang sedemikian menyakitkan. Begitu sakitnya sampai melanjutkan tangis pun aku tak sanggup lagi. Begitu pedih dan perihnya jiwaku sampai berpikir apapun aku tak mampu lagi. Ini benar-benar suatu tragedi, bahkan suatu malapetaka bagiku.

Sesuatu yang merusak seluruh prinsip hidupku, sesuatu yang menghancurkan seluruh kebanggaanku selama ini. Sebab selama ini aku adalah wanita yang mandiri, khususnya secara mental, di mana hatiku tetap utuh tanpa pernah dipengaruhi oleh keberadaan seorang lelaki dalam bentuk ketergantungan apa pun. Tetapi kini, rasanya nilai seperti itu sudah tak ada lagi padaku. Bahkan tak tersisa sedikitpun. Semua itu terjadi sejak kau hadir dan merusak tatanan pertahanan hatiku yang telah kususun dengan rapi.

Mengenalmu, membawa perubahan besar padaku. Bahkan aku sendiri baru menyadari bahwa sesungguhnya aku bukanlah gunung es yang telah lama membeku seperti perkiraan orang-orang selama ini terhadapku. Menolakmu bukannya tak pernah kucoba, tapi semakin kuberusaha menghalau sosokmu dalam bayanganku semakin jelas jua kau tampakkan dirimu dan selalu menjadi bayang-bayang di setiap langkahku.

Ya Tuhan, kenapa begini jadinya? Aku terus mengeluh sendirian dengan perasaan yang semakin lama semakin tercabik-cabik. Sebab setelah semua yang terjadi di antara kita, semakin kurenungkan, makin kurasakan seperti sedang berdiri di muka layar film yang sedang memutar seluruh kisah paling memalukan dalam hidupku. Seluruh hati nurani sampai paling tersembunyi, menggugatku keras-keras.

Aku kenal diriku. Aku bukanlah wanita yang mudah tergiur oleh hebatnya seorang laki-laki dan betapa pun besarnya daya pikatnya. Dari dulu sepotong hatiku telah kuserahkan secara utuh untuk seseorang yang telah menjadi masa lauku. Dia yang sejak remajaku telah mengambil semua simpati dan cintaku, kemudian membawanya pergi, lenyap tanpa jejak.

Tak pernah kurencanakan menggantikannya dengan seseorang yang baru kukenal. Tapi kau, …. kau telah memporak-porandakan susunan puzzle kokoh dalam hatiku. Tak kusadari dan tak kuramalkan sebelumnya ternyata harus kuakui aku telah jatuh cinta padamu. Kau dengan segala tingkah lakumu yang terkadang keras dan egois namun kau pun dapat selembut serabut kapas. Perpaduan laku yang kontras membuat kau lain di mataku.

Setahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Januari dimana aku mengakui kekalahanku mempertahankan semua keangkuhanku, kegagalanku meyakini akan arti sebuah kesetiaan, ambruknya sebuah kesombongan yang telah lama tertanam dalam hatiku. Aku menerima cinta lain dalam hidupku, sebuah cinta unik yang ditawarkan seseorang dengan pribadi unik pula. Tak sedikit pun persamaan sifat antara dirimu dengan tokoh yang telah membawa pergi cinta remajaku.

Dan kini kusadari, tanpa kau dalam hidupku aku bagaikan robot. Kau semangatku, doping bagiku sekaligus candu yang setiap saat menggerogoti waktu dan pikiranku. Sayang……. kutak ingin menuntut apapun darimu, biarlah kujalani hidupku bagaikan air mengalir. Kau dan aku mengerti di mana kita berpijak. Biarkanlah aku menikmati semua rasa indah yang mengalir dalam hidupku, kuharap kau pun demikian. Semoga………

Cinta Sejati Dibawa Mati

Malam semakin pekat, tapi tubuh itu sedari tadi masih saja duduk diam tak bergerak. Tak dihiraukannya nyamuk-nyamuk nakal menghisap betis mulusnya. Entah apa gerangan yang sedang dipikirkan gadis itu. Sudah seminggu kebiasaan ini terjadi, setiap jam tujuh malam sampai dini hari barulah dia beranjak dari bangku tua di taman itu. Langkahnya gontai dengan pandangan lurus ke depan. Nampaknya begitu berat beban pikiran yang dipikulnya.

Andini,…….. nama gadis itu, Lengkapnya Andini Wijaya. Nama yang bagus, seelok penampilan fisiknya. Dengan bentuk wajah oval, berhidung bangir dan yang teristimewa matanya. Mata bening itu, memancar kelembutan pemiliknya dipadu dengan bibir mungil dan dagu runcing, lengkap sudah keindahan seorang gadis melekat padanya.

Andini memang sedang dilanda masalah yang menurutnya sangat berat. Perang batin sedang melandanya saat ini. Luar biasa kenyataan yang sedang dihadapinya. 8 tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah penantian. sampai batas penantiannya berakhir dan memutuskan membuka hatinya untuk laki-laki lain, tiba-tiba sosok itu hadir di depannya dan mengacaukan semua yg sudah susah payah disusunnya dengan rapi.

Sebuah permintaan yang dulu begitu diimpikannya, mengapa baru sekarang ia dengar? Walau dalam hati Andini menjerit kegirangan, namun dia juga menangis dengan kenyataan yang ada. Tinggal satu bulan lagi acara pertunangannya dengan Bima akan dilangsungkan, sedang seminggu yang lalu Yudis, sang pujaan hati yang dinantikan selama ini datang menjumpainya dan menawarkan serta memohon agar andini bersedia mendampingi seumur hidupnya.

Ternyata Yudis selama ini memendam perasaan yang sama dengannya, hanya tak berani mengungkapkannya langsung kepada Andini. Begitupun prasangka Andini, menganggap perhatian dan sayang yang diberikan Yudis terhadapnya sebagai wujud kasih sayang seorang kakak terhadap adik. Tanpa Andini sadari ternyata Yudis sangat menderita menyaksikan hubungan Andini dengan Bima, sampai saat rencana pertunangan itu didengar Yudis.

Tak dapat menahan diri untuk menyembunyikan perasaannya dan ketakutan akan kehilangan Andini membuat Yudis nekad mengungkapkan segala perasaannya selama bertahun-tahun terhadap Andini. Dan akibatnya, Andini terombang ambing pada sebuah persimpangan yang sulit untuk dipilihnya.Meneruskan pertunangan dengan Bima dengan resiko melepaskan orang yang bertahun-tahun dicintainya atau membatalkan rencana pertunangan dan menggapai cinta sejatinya?

Tak sesederhana itu, bagaimana cara Andini menghadapi Bima dan kedua keluarganya? Apa yang harus diungkapkan sebagai alasan untuk membatalkan pertunangan yang sebentar lagi akan diselenggarakan?
Belum jua dia mendapatkan titik terang atas dilema yang dihadapinya. Menurut keinginannya, tentu Andini akan memilih Yudis yang memang dicintainya sejak lama.

Begitu banyak kenangan antara Andini dengan Yudis, selama ini Andini sama sekali tidak menangkap adanya perasaan khusus dari Yudis terhadap dirinya, walaupun beberapa kali Andini mencoba mengajuk isi  hati Yudis, tapi sama sekali tidak nampak apa yang dicarinya.
Bagi Yudis, ia akan cukup bahagia hanya dengan duduk diam bersama Andini….. bersama Andini membuat hari-harinya penuh warna.

Begitukah makna sahabat?  Seseorang yang membuatnya rindu, membuat ia tersenyum diam-diam saat mengingatnya? Tapi bagi Yudis Jika cinta membuatnya terluka dan akan kehilangan Andini lebih baik ia menyimpan cinta itu di relung hatinya paling dalam. Dan luka….biarlah tersimpan rapi di hatinya. Akan sekuat itukah Yudis membiarkan orang yang dicintainya menjadi milik lelaki lain? Tidak….!!! Ia harus mencoba meraih apa yang menjadi bahagia dalam hidupnya, bahagianya Yudis adalah  hidup bersama Andini!
*****************************
Semalam Andini dan Yudis telah membahas apa yang harus mereka lakukan. Kesepakatan  telah ada, mereka harus membicarakannya secara jujur dengan Bima tentang perasaan keduanya. Apapun keputusan Bima itulah jalan terbaik yang harus mereka tempuh. Memang perlu keberanian extra untuk mengatakan sebuah kejujuran, tapi itu jalan yang harus mereka tempuh, karena Andini tak ingin mendustai nuraninya juga Bima. Baginya Cintanya dengan Yudis adalah cinta sejatinya.

Keduanya duduk dengan tegang menanti kedatangan Bima di tempat yang telah mereka janjikan. Malam ini memang Cafe yang mereka datangi terlihat lebih sepi dari biasa, walau live music dengan lagu instumentnya cukup menghibur tapi sama sekali tidak menutupi kegalauan hati kedua insan itu. Nampak dari cara duduk keduanya yang tidak tenang sambil sesekali meloleh kearah pintu cafe. Bima sama sekali tidak mengetahui apa yang ingin dibicarakan calon tunangannya itu, yang ada dalam pikirannya pasti ada sesuatu masalah yang serius sampai Andini meminta pertemuan dengan secara mendadak dan bukan di rumahnya.

Akhirnya yang dinantikan datang juga, Bima mengenakan  kemeja biru dan celana hitam nampak gagah dengan  menyungging senyum mengahampiri Andini dan Yudis sambil menarik salah satu kursi yang disediakan. Yudis dan Bima memang sudah saling mengenal walau tidak akrab, jadi Bima tidak  heran sama sekali melihat Andini duduk bersama Yudis malam itu. Yang mengherankannya adalah sikap Andini yang sepertinya tidak tenang dan serba salah. Senyum yang diperlihatkan Andini tidak seperti senyum biasanya.

Tak sabar Bima bertanya” apa yang ingin kamu bicarakan, sayang?”
Dengan terbata-bata Andini menceritakan tentang perasaannya dengan Yudis dan Yudis pun dengan perasaan serba salah melengkapi cerita Andini hingga terbentuk sebuah cerita yang menurut Bima suatu nyanyian kematian bagi kelangsungan hubungannya dengan Andini. Sulit diterjemahkan bagaimana perasaan Bima, antara rasa kecewa, kesal dan penghargaan atas kejujuran Andini dan Yudis membuatnya terdiam seribu bahasa. Sebagian tubuhnya serasa lumpuh dan dia yang biasanya cerdas tak mampu menjawab ketika Andini meminta bagaiman keputusannya setelah mendengar ceritanya tadi. Mukanya pucat dan keringat membasahi pelipisnya walaupun ruangan di cafe itu cukup sejuk.

“Aku tidak dapat memberikan jawaban sekarang, aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya” ucap Bima berusaha  setenang mungkin.

“Maafkan kami mas, apapun keputusan mas kami berdua akan mengikutinya” ucap Yudis dengan tertunduk.

Dengan menahan emosi, akhirnya Bima pamit meninggalkan keduanya. Setelah kepergian Bima, Andini terhisak merasa bersalah telah menyakiti calon tunangannya yang baik hati itu. Apa hendak dikata, tak adil baginya kalau harus menyembunyikan perasaannya terhadap Yudis kepada Bima. Kejujuran itu sangat penting baginya, terlebih perasaannya terhadap Yudis sungguh sulit dihapus dalam hidupnya, apalagi Andini mengetahui bagaimana perasaan Yudis terhadapnya.

Kedua meninggalkan cafe dengan perasaan yang tak karuan, terdiam …… baik Andini maupun Yudis tak ada yang bersuara. Baru saja keluar dari tempat parkir cafe itu, tiba-tiba sebuah mobil truk dengan kecepatan tinggi menghantam mobil sedan yang dikendarai Yudis, tak ampun lagi mobil Yudis terguling beberapa kali dengan kondisi rusak berat. Bagian depan kacanya hancur berantakan  dan beberapa  pecahan kaca tersebut telah menancap dibagian-bagian  tubuh Andini dan Yudis.

Keduanya tidak tertolong lagi.Yahhhh….. malam itu cinta sejati antara Andini Wijaya dan Yudhistira harus berakhir di dunia fana………
Di tempat yang tidak berapa jauh dari lokasi kejadian nampak seorang laki-laki dengan setelan baju biru dan celana hitam tersenyum dengan puas menyaksikan peristiwa tersebut. Tak lama kemudian ia pun meninggalkan tempat itu………………….
Benarlah pepatah bijak mengatakan “Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan”
*******************

Bila Hati Bicara

Malam ini. Terulang kembali ‘tuk kesekian kalinya. Kuyakin kau tak menyelami perasaan terdalamku. Pilihanmu kepada dia, mendampingimu. Dan bukan aku. Mestinya, akulah yang paling berhak atas dirimu. Tapi kutak berdaya melawan arus kenyataan serupa ini. Hanyalah pembaringan dan bantal menjadi saksi bisu derasnya air mataku.

“Apakah arti dirimu baginya…?”, sebuah tanya terlontar dari ruang yang tak pasti datangnya.  Akulah yang seharusnya kau minta untuk menemanimu malam ini. Entah apa pikiranmu hingga engkau samar-samarkan dan menyembunyikan dalam kubangan. Sayang, aku bukanlah wanita yang tak punya hati…… Aku memiliki keinginan sesekali menggandeng tanganmu, di sampingmu . Asaku teman-teman sejawatmu mengakui adanya aku sebagai pasanganmu, pemilik sah atas dirimu.

Tiada pentinglah rasanya kuungkapkan kepadamu apa inginku, kuingin kau tahu seperti apa pengharapanku. Aku bukan Upik Abu dalam rumah tangga kita, sedang dia kau jadikan penghias yang terus kau jaga dan kau pamerkan di depan umum. Tak terbayangkah olehmu bagaimana perasaanku, sayang……

Sepanjang hidupku hanya ada satu laki-laki yang kucintai dengan sungguh-sungguh, dan itu adalah kau!  Kau memberika cintamu untuk wanita lain, aku tak sanggup marah, bahkan untuk menyalahkan sedikitpun aku tak kuasa, kau tahu mengapa…….? Karena kau sepertinya mendapatkan kebahagiaan bersamanya.  Kau seperti manusia baru, bukan laki-laki yang selama ini hidup denganku dan kukenal. Jujur…. aku ikut senang melihat kebahagiaanmu sekaligus menangis atas  gagalnya aku!!!

Aku menghargai tanggung jawabmu sebagai seorang ayah terhadap anak-anak kita, tak  kudapatkan cela dirimu atas semua lakumu terhadap buah hati kita. Dan aku tidak mempermasalahkan berapa besar pendapatan yang kau berikan untuk dia, karena bagiku  kau telah mencukupi kebutuhan jasmaniku. Sebagai  seorang ayah, kau sempurna.

Apakah terpikir olehmu setelah sekian lama kita berada dalam satu atap, hidup bersama dalam suka dan duka, rasanya mustahil kalau aku tidak mempunyai rasa cinta terhadapmu, walaupun awalnya memang demikian adanya. Tak cukupkah yang kulakukan lewat pengabdianku kepadamu, mengurusi engkau sampai hal-hal terkecil ? Telah kutunaikan kewajibanku sebagai layaknya seorang istri yang baik, tapi sepertinya itu belum cukup membuatmu menghargai keberadaanku secara nyata, pun tak mampu aku meraih cintamu seutuhnya…. untukku. begitu tertutupkah hatimu untukku, apakah sudah tak bersisa sedikitpun walau hanya ampasnya saja?

Walau aku mengizinkan kau berbagi , atau mungkin lebih tepatnya memberikan cintamu untuk dia, yang kau katakan….. kau cintai dan dengan dia kau yakin akan merasa bahagia, tapi tahukah kau dalam hati kecilku aku tak rela?! Manalah mungkin seorang istri dengan rela mengizinkan pasangannya dimiliki wanita lain, jika ada…..itu bukan aku!!! Aku tak sekuat itu sayang…..perasaan sakit kusimpan bertahun-tahun tanpa kau ketahui. Di depanmu kutampilkan diriku sebagai seorang istri seperti yang kau inginkan, melahirkan anak-anakmu, mengurusi anak-anak kita, memanage rumah tangga kita dan menyiapkan keperluanmu tanpa sekalipun protes keluar dari mulutku.

Aku tak bahagia dengan keadaan seperti ini, sayang…. Aku butuh pengakuan darimu dalam bentuk nyata, kalau aku adalah istrimu, aku membutuhkan cintamu…. Tak apalah jika tak utuh, paling tidak ada bagianku dalam hatimu,….dalam cintamu, walau kutahu masalah perasaan tak ada seorangpun yang dapat memaksanya…. Paling tidak berusahalah untuk mencintaiku.

Apa artinya kehidupan yang kita jalani selama ini, jika tak ada cinta menaungi jiwa kita? Aku tak mengerti bagaimana membuat kau menyadari arti diriku bagi dirimu, atau memang aku kau anggap sebagai manekin yang bernyawa tapi tak punya perasaan dan keinginan? Sungguh terlalu….. kau letakkan aku hanya sebagai pelengkap kehidupanmu. Entah sampai kapan kumampu bertahan

mendampingimu dan jika suatu saat batas kesabaranku telah habis, aku akan pergi meninggalkan engkau, Bukankah sebagai manusia yang bebas aku pun berhak mencari kebahagiaanku sendiri? Suamiku…..cintailah aku dan tempatkanlah aku di sisimu sebagaimana layaknya seorang istri. Bila hatiku dapat bicara, seperti inilah kata-katanya…………..
**************