Setangkai Rindu Untukmu

Pic : Blog.spot.com

Maukah kau menelponku sebentar, walau hanya mengucapkan I Love You?” pintamu barusan. Aku ingin sekali sayang….. Tuntutan dalam hatiku dari tadi terus mendesak dan menggodamku untuk menghubungimu, tapi tak kulakukan. Aku rela memendam kerinduanku padamu sekuat hatiku, karena aku tak ingin mengganggumu. Aku tak ingin mengganggu waktu rehatmu, sebab kutahu kau sangat lelah hari ini.

Aku telah lulus uji kesabaran yang kau ajarkan padaku dengan nilai A” itu kukatakan padamu tadi pagi. Walau kedengarannya seperti lelucon, tapi benar adanya. Aku tak peduli kau menanggapinya dengan tawa, seolah meragukan pernyataanku. Caramu memberikan pelajaran padaku sungguh unik, setiap kesalahan yang kulakukan mendapat hukuman yg membuat mengerti dan jera mengulanginya.

Makanya, kalau bicara tuh jangan asal ceplos saja, apa yang dipikirkan langsung saja dikeluarkan. Mbokya dipikir-pikir dulu” itu nasehatmu berulang-ulang kepadaku. Memang betul, itulah aku! Sisi jelek diriku lainnya adalah tak sabaran mendengar lawan bicara berkata-kata lamban. Aku sering memotong pembicaraan orang lain yang kuanggap hmmmmmm…. Lamban.

Aku kangen sayang….. duh, tahukah kau, walau kubilang “rehatlah say” tapi hatiku berkata “jangan biarkan aku sendiri sayang, temani aku. Belum puas aku menikmati kebersamaan kita walau tanpa bertatap muka”. Egois ya aku…..? Tapi aku jujur lho mengungkapkan semua ini.

Ketika rasa tak puas ini kurasakan, aku segera menulis tentang perasaanku dan rasa tak puasku. Seolah aku bicara denganmu. Kubayangkan engkau mendengarku, membayangkan kau tersenyum ketika aku mau menang sendiri mempertahankan pendapatku yang ternyata salah. Kemudian kau balas mentertawakan saat aku menyadari kesalahanku.

Sudah salah…. Ngotot dan galak lagi!” Itu katamu jika aku tak mau kalah dengan pendapatku. Hihihihi… Sifat jelekku bertambah lagi!

Tapi aku mengakui salahku tanpa malu-malu kalau memang ternyata aku salah. Biasanya aku akan bilang ” ternyata di kau benar say…….aku kok tak pernah benar yach kalau berdebat denganmu, lain kali aku tak mau lagi deh ngotot”. Ku bayangkan pasti kau tersenyum simpul menghadapi kelakuanku. Hahahaha…… Caramu memberitahukan kesalahanku tidak langsung menyalahkan, tetapi membiarkan aku mencari sendiri kebenarannya dan itu cukup membuatku malu sendiri.

Kuingat, engkau berkata “bukan selalu salah say, tetapi belum pernah betul” hahahahahaha….. Lembut tapi sadis! Ada saja istilahmu membuatku menerima kekalahanku tanpa sakit hati. Aku menyukai metode pengajaranmu…. ! Ahhhhh…. mengingatmu tak akan pernah ada habisnya, mungkin karena aku sangat mencintaimu……..

****

Malam ini, kucoba meredam setangkai kerinduanku padamu. Biarlah kerinduan ini bermegah dalam relung hati. Kuyakini kala aku merindukanmu, engkaupun merasakan sama seperti yang kurasa. Adakah cinta tanpa kerinduan, adakah kerinduan tanpa cinta dan adakah cinta tanpa pengorbanan?

Wahai cintaku, kuhaturkan Setangkai Rindu Untukmu. Terimalah dan jagalah dia, agar ia hidup sampai di akhir napas kita. Bukankah  seperti itu yang kita inginkan?

*************************

Tinggalkan komentar