Runtuhnya Keangkuhanku

1359389356625342796

Pic : female.com

“Kalau mau bertengkar, tanggal 30 saja, say. Jangan sekarang…. okay???” pintamu setelah rentetan chat kita di bbm.

Tak ada maksudku mengajakmu bertengkar. Jujur kuakui kadang cemburu itu memang ada, dan aku berusaha dengan rapi menyembunyikannya di sudut hatiku yang paling dalam. Karena kutahu kau akan semakin serba salah dengan keadaan seperti itu. Aku tak ingin menempatkan dirimu pada posisi sulit.

Tak terasa setahun sudah usia hubungan kita. Selama setahun bersamamu kurasakan hidupku penuh warna, walau terkadang pertengkaran melintas antara kita. Tak apa, anggap saja itu bumbu dari sebuah hubungan. Kuberusaha mengerti kamu semampuku, termasuk meredam keinginanku untuk menuntut lebih padamu, kutahu itu tak mungkin. Aku bukan type perempuan penuntut, yang kuinginkan sesungguhnya adalah kau menyadari apa mauku.

Bukan tak pernah kau menyakitiku, dan kuyakin engkaupun pernah merasa tersakiti olehku. Kuingat saat beberapa bulan umur hubungan kita, kata-kata tajammu sangat melukaiku. Aku hanya mampu menutup wajahku dengan tangan gemetar. Menyalahkan diriku yang begitu lemah di depanmu, perlawananku bagai tak artinya jika berhadapan denganmu. Aku bagai tak mengenali diriku sendiri…. entah di mana aku yang dahulu?

Dalam hidupku, di seluruh perjalanan dan di seluruh pengalaman yang pernah kujalani, baru sekali inilah aku memgalami perasaan yang sedemikian menyakitkan. Begitu sakitnya sampai melanjutkan tangis pun aku tak sanggup lagi. Begitu pedih dan perihnya jiwaku sampai berpikir apapun aku tak mampu lagi. Ini benar-benar suatu tragedi, bahkan suatu malapetaka bagiku.

Sesuatu yang merusak seluruh prinsip hidupku, sesuatu yang menghancurkan seluruh kebanggaanku selama ini. Sebab selama ini aku adalah wanita yang mandiri, khususnya secara mental, di mana hatiku tetap utuh tanpa pernah dipengaruhi oleh keberadaan seorang lelaki dalam bentuk ketergantungan apa pun. Tetapi kini, rasanya nilai seperti itu sudah tak ada lagi padaku. Bahkan tak tersisa sedikitpun. Semua itu terjadi sejak kau hadir dan merusak tatanan pertahanan hatiku yang telah kususun dengan rapi.

Mengenalmu, membawa perubahan besar padaku. Bahkan aku sendiri baru menyadari bahwa sesungguhnya aku bukanlah gunung es yang telah lama membeku seperti perkiraan orang-orang selama ini terhadapku. Menolakmu bukannya tak pernah kucoba, tapi semakin kuberusaha menghalau sosokmu dalam bayanganku semakin jelas jua kau tampakkan dirimu dan selalu menjadi bayang-bayang di setiap langkahku.

Ya Tuhan, kenapa begini jadinya? Aku terus mengeluh sendirian dengan perasaan yang semakin lama semakin tercabik-cabik. Sebab setelah semua yang terjadi di antara kita, semakin kurenungkan, makin kurasakan seperti sedang berdiri di muka layar film yang sedang memutar seluruh kisah paling memalukan dalam hidupku. Seluruh hati nurani sampai paling tersembunyi, menggugatku keras-keras.

Aku kenal diriku. Aku bukanlah wanita yang mudah tergiur oleh hebatnya seorang laki-laki dan betapa pun besarnya daya pikatnya. Dari dulu sepotong hatiku telah kuserahkan secara utuh untuk seseorang yang telah menjadi masa lauku. Dia yang sejak remajaku telah mengambil semua simpati dan cintaku, kemudian membawanya pergi, lenyap tanpa jejak.

Tak pernah kurencanakan menggantikannya dengan seseorang yang baru kukenal. Tapi kau, …. kau telah memporak-porandakan susunan puzzle kokoh dalam hatiku. Tak kusadari dan tak kuramalkan sebelumnya ternyata harus kuakui aku telah jatuh cinta padamu. Kau dengan segala tingkah lakumu yang terkadang keras dan egois namun kau pun dapat selembut serabut kapas. Perpaduan laku yang kontras membuat kau lain di mataku.

Setahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Januari dimana aku mengakui kekalahanku mempertahankan semua keangkuhanku, kegagalanku meyakini akan arti sebuah kesetiaan, ambruknya sebuah kesombongan yang telah lama tertanam dalam hatiku. Aku menerima cinta lain dalam hidupku, sebuah cinta unik yang ditawarkan seseorang dengan pribadi unik pula. Tak sedikit pun persamaan sifat antara dirimu dengan tokoh yang telah membawa pergi cinta remajaku.

Dan kini kusadari, tanpa kau dalam hidupku aku bagaikan robot. Kau semangatku, doping bagiku sekaligus candu yang setiap saat menggerogoti waktu dan pikiranku. Sayang……. kutak ingin menuntut apapun darimu, biarlah kujalani hidupku bagaikan air mengalir. Kau dan aku mengerti di mana kita berpijak. Biarkanlah aku menikmati semua rasa indah yang mengalir dalam hidupku, kuharap kau pun demikian. Semoga………

Tinggalkan komentar