Hati-hati dengan Penipuan melalui Hipnotis

13602119891146307839

Pic:harykhan.blogspot

 

Zaman sekarang penipuan semakin canggih saja. Berbagai cara dipergunakan untuk merugikan mereka-mereka yang lengah, baik melalui media on line maupun secara langsung ( bertatap muka).Tidak habis pikir alangkah teganya mereka, padahal mereka tidak mengetahui apakah kondisi keuangan sikorban mungkin saja tidak sebaik mereka.

Baru-baru ini , tepatnya hari Senin tanggal 4 Pebruari yang lalu yang menjadi korban adalah salah satu adik saya. Adik saya berkerja di sebuah klinik kecantikan merangkap salon di daerah Jakarta Barat, tepatnya City Resort (Cengkareng).

Hari itu sekitar jam 11:30 datang seorang tamu laki-laki setengah baya menghadap adik saya. Menurut ceritanya, keponakan bapak ini akan menikah dalam waktu dekat ini si bapak ingin menanyakan biaya merias pengantin dan menyewa gaun pada salon di mana adik saya bekerja.

Setelah melalui proses tawar menawar, akhirnya disepakatilah satu jumlah untuk keperluan pernikahan keponakan si bapak. Si bapak sangat ramah ia bercerita tentang berbagai hal yang mungkin menarik bagi adik saya, terbukti dari cukup lamanya mereka berinteraksi.

Hingga pada akhirnya, si bapak menceritakana bahwa ia pegawai bea cukai yang bertugas mengurusi penyitaan barang-barang yang illegal ( barang gelap). Saat itu si bapak menawarkan beberapa gadget dengan harga yang menarik hati ( harga istimewa/harga miring). Bayangkan saja untuk sebuah handphone blackberry Dakota dihargai Rp 1.600.000, Laptop seharga Rp 1.700.000 dan banyak lagi gadget lain yang kurang diminati adik saya.

Adik saya hanya tertarik dengan laptop, karena memang anaknya yang duduk di bangku kelas 8 membutuhkannya untuk tugas sekolah. Dengan alasan untuk  bongkar peti kemas si bapak membutuh biaya, dia minta adik saya membayar Rp 1.200.000 dulu, sisanya dilunasi begitu barang di terima.

Entah mengapa, biasanya adik saya sangat berhati-hati jika ingin membeli sesuatu, tapi kali ini dia begitu gampang percaya dengan “tamu istimewa itu”. Hipnotis…..? Entahlah..tak seorang pun yang dapat memastikannya.

Setelah si tamu istimewa keluar dari Kilinik tersebut, adik saya seolah tersadar dengan kelakuannya tadi. Bahkan teriakan peringatan teman-teman sekerjanya sama sekali tidak terdengar olehnya. Aneh bukan? Masih sempat adikku bergumam, jika si bapak tadi membohongiku biarlah, nanti rejekiku datang lebih banyak.

Rupanya diam-diam salah satu rekan kerja sempat curiga dengan kelakuan si tamu istimewa. Sempat di catatnya nomor polisi motor Honda Beat bawaan si bapak yaitu B 6185 PIP.

Setelah lebih kurang satu jam setelah tamu istimewa itu meninggalkan klinik, adikku menelpon dan masih dijawab. Saat itu si bapak menginformasikan bahwa dia sedang berada di sebuah Mall. Selanjutnya, ketika adikku berusaha menelpon kembali nomor 021 – 95871476 milik si bapak ternyata tidak dapat dihubungi lagi alias tidak aktif. Tidak putus asa, sampai hari ini masih saja adikku berusaha menelpon kembali atau mengirimkan sms ke nomor tersebut. Sejauh ini hasilnya nihil

Terlepas dari benar atau tidaknya adikku menjadi korban ilmu hipnotis, saat ini timbul kengerian pada diriku, karena bagaimana hati-hatinya pun kita menghadapi penipuan seperti yang terjadi pada adikku, jika orang tersebut menggunakan hypnotis, apa yang dapat kita perbuat? Haruskah untuk menghadapi penipuan semacam ini kita pun harus belajar ilmu tersebut? Adakah solusi dari teman-teman bagaimana caranya agar kita terhindar dari penipuan melalui ilmu hipnotis?

Selamat pagi, salam berhati-hati

 

 

Kala Kecewa Menguasaimu

13599660451553932030

 PIC : Kiriman BBM seorang sahabat

Ada yang mengganjal hati saya beberapa hari ini. Apa Sebab?  Karena saya merasa diperlakukan tidak adil, karena saya merasa jasa saya dihargai tidak sepadan dengan imbalan saya terima. Saya merasa sakit hati karena tidak mendapatkan perhatian sebesar yang saya berikan dan banyak lagi ‘kurang-kurang’ yang lainnya. Pantas dong saya merasa kecewa,bukankah kecewa itu juga  manusiawi?

Tapi ingat, itu versi saya lho! Sekarang jika saya tempatkan diri saya pada posisi sebaliknya, mungkin saja saya merasa “ ahhh… apa yang saya berikan memang sudah sepantasnya, sudah memadai kok! Apa yang kamu berikan, memang sudah menjadi tanggung jawabmu dan untuk itulah saya memberikan imbalan atas jasamu”

Dua anggapan yang bertolak belakang ditinjau dari dua sisi yang berbeda. Masing-masing merasa sudah sepantasnya perlakuan mereka. Mengapa ya kita jarang sekali mencoba “memakai baju orang lain” untuk mengukur dan menyelami bagaimana perasaan dan lebih mengerti kehendak  orang lain?

Sebagian besar dari kita cenderung merasa bahwa kitalah yang paling benar, orang lain salah!  Mungkin ada juga yang peka dan merasa ‘eling’ dengan perasaan orang lain. Tapi berapa besarkah perbandingannya dengan yang  ‘lalai’. Lebih parah lagi jika ada yang pura-pura bodoh, padahal mengerti! Orang seperti ini perlu ‘cambukan ajaib’ yang cetar membahana hingga mengguncangkan khatulistiwa ( pinjam istilah Teteh Syahrini) untuk menyadarkannya agar dia tak lupa bahwa roda selalu berputar. Sedikit sentilan dari Yang Maha Kuasa mungkin akan membuat mereka tersadar di mana mereka berpijak.

Menurut saya, pantas atau tidak pantas itu bersifat relative. Pantas buat saya mungkin tidak pantas untuk anda, kecuali untuk hal-hal yang bersifat mutlak ( seperti aturan/norma atau kaidah). Jika kita pasrah dan merasa puas atas apa yang ada, niscaya rasa sesak yang bersemayam dalam dada akan terurai, sebagai gantinya rasa syukur akan mendominasi hati kita.

Yang penting kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik, biarlah orang lain yang menilai, sebab penilaian kita tidaklah objektif. Rasa puas yang kita rasakan akan membawa kebahagiaan dan kedamaian dalam diri kita, dengan demikian kita tidak akan terpuruk dalam kekesalan dan penyesalan yang berlarut-larut hingga tidak dapat menghasilkan apa-apa.

Salah satu sahabat menasehati saya seperti ini, “janganlah larut terlalu lama dengan rasa kesal, sebab kesal itu kita sendiri yang menciptakannya. Apa yang kamu dapatkan dengan membawa rasa kesal memenuhi hari-harimu? Adakah nilai positive yang kamu peroleh, jika tidak….. bangunlah dan berbuatlah yang terbaik yang kamu mampu” Terima kasih seniorku atas nasehat super ini…….

Kekecewaan terjadi karena kita terlalu tinggi menempatkan harapan” , jika tercapai kita anggap sudah seharusnya, akan tetapi jika tak sesuai harapan kecewalah  imbalannya.  Harapan setinggi langit memang tidak salah, tapi kesiapan kita menerima segala kemungkinan itu lebih penting.

Selalu mensyukuri apa yang telah diperoleh hari ini, dan berharap hari esok akan mendapatkan yang lebih baik dari hari ini. Semoga rasa lega akan menaungi hari-hati kita selanjutnya sehingga kita mampu berbuat dan berbuat lebih baik lagi.

******

Hidup ini harus seimbang, bagai sebuah neraca jika berat sebelah akan oleng dan pincang. “Jika Kau tak ingin menambahkan, maka biarlah aku yang akan menguranginya” dengan demikian keseimbangan akan tercipta.

000000000

Note : Tulisan ini lahir dari sebuah rasa kesal ( Adem euy… wahai hatiku)

Hati Menangis dan Bibir Tersenyum

Jika ada yang mengatakan bahwa “ hati wanita sangat sulit diselami” rasanya itu benar seratus persen.  Terkadang karena suatu sebab dan  lain hal, seorang wanita terpaksa menyembunyikan keadaan /suasana hatinya di depan umum. “hati menangis, tapi bibir tersenyum” sanggupkah kaum pria melakoninya? Saya tidak mengatakan hanya kaumku yang piawai menerapkan ilmu mumpuni itu, kaum Adam pun ada juga yang mampu melakukannya, hanya saja sepertinya mayoritas kaum Hawa .

Pernahkah anda, khususnya kaum Hawa berada pada situasi seperti ini “hati menangis namun bibir tersenyum?” Saya yakin  tidaklah mudah bagi kita bersikap demikian.  Sebab menurut hematku, jika ada bagian dari tubuh kita yang sakit, secara otomatis semua ”sahabat-sahabatnya” yang lain akan ikut terpengaruh dan turut berpatisipasi merasakannya.

Suatu penghargaan yang setinggi-tingginya kuhaturkan kepada mereka yang sanggup menerapkan ilmu yang kusebut “ilmu kendali diri” ini  dengan sempurna. Yang pasti aku sendiri merasa sangat kesulitan menjalankannya, yang ada malah “hati menangis, airmata mengalir, mulut terkunci  dan kaki tangan mogok menjalankan tugasnya”

Lantas, timbul pertanyaan : Manakah yang lebih baik, menyembunyikan kesedihan kita kepada si  pembuat  sedih dan orang-orang sekitar kita, dengan cara  seolah tak terjadi apa-apa atau mengemukakannya secara jujur apa yang kita rasa dengan  siap menghadapi  segala resiko, misalnya pertengkaran  dan mungkin  akan menyakiti dan menempatkan si ‘dia’  pada posisi yang serba salah.

Jika alternative pertama  yang jadi pilihan, tentu si pembuat sedih sampai kapan pun tidak akan mengetahui derita kita. Dengan demikian siap-siaplah kita memperpanjang waktu berharga kita dengan serentetan kesedihan sampai seluruh “sahabat-sahabat” hatimu mengajukan protes dan beraksi anarkis.

Kata orang,mayoritas wanita-wanita Jawa sangat pandai “berolah rasa”. Mengapa hanya wanita Jawa saja yang dikaruniakan sifat seperti itu? bukankah bahan dasar hati setiap manusia sama, yaitu segumpal daging bukan batubata, atau tanah liat? Mungkin  faktor lingkungan juga mempunyai andil yang menentukan cara berpikir dan bersikap seseorang.  Apa pun itu, tak seorang pun manusia yang bercita-cita memilih kesedihan dalam hidupnya. Semua orang berhak bahagia, bukan?

Timbul kembali pertanyaan. Jika seseorang tak pernah merasakan kesedihan tentu dia pun tak akan mengerti akan arti kebahagiaan. sebab kesedihan dan kebahagiaan ibarat dua belah mata pisau yang saling bersisian. Tinggal bagaimana cara kita mengolah kedua rasa yang bertolak belakang tersebut agar selaras dalam kehidupan kita?

Suka dan duka, Bahagia dan Penderitaan adalah rangakaian kehidupan yang harus kita jalani.  Cara setiap personal menghadapinya tentu berbeda-beda.  Berharap penderitaan seminimal mungkin menghampiriku.  Kalau pun harus kuterima jua, semoga dapat kuhadapi dengan bijak. Salam bahagia di pagi ini…….